Jepang, Memiliki Pendidikan yang Maju Karena...

 


Jepang adalah salah satu negara maju yang terletak di benua Asia. Sistem pendidikan Jepang menjadi kiblat beberapa negara tetangga. Pendidikan Jepang dianggap bermutu, mandiri, dan memiliki hasil konkret untuk masyarakatnya.

Sebagaimana di Indonesia dengan program wajib belajar 12 tahun sejak SD hingga SMA, Jepang juga memiliki wajib belajar dari usia 6 hingga 15 tahun. Sistem pendidikannya menerapkan waktu belajar dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri) atau Sabtu (sekolah swasta).

Bagi Jepang, sumber daya manusia (SDM) adalah hal paling penting. Karena itulah, anggaran dana untuk sistem pendidikan adalah salah satu yang terbesar. Pemerintah Jepang sadar bahwasanya negaranya tidak akan maju tanpa SDM yang mumpuni.

 

Penekanan Karakter daripada Nilai Akademik


Daripada nilai akademik tinggi, sistem pendidikan di Jepang memfokuskan pada pembentukan karakter. Karena itulah, siswa tidak wajib ikut ujian sampai kelas 4 (sekitar usia 10 tahun). Sebagai gantinya, siswa-siswi wajib ikut kelas kecil yang disusun oleh sekolah.

Tiga tahun pertama sekolah dalam sistem pendidikan Jepang adalah waktu untuk menumbuhkan sikap dan karakter baik, seperti kejujuran, menghormati orang lain, keadilan, serta pengembangan, dan pengendalian diri.

Demikian juga di jenjang TK, tidak seperti di Indonesia yang sudah mendorong anak-anak untuk belajar membaca dan sebagainya, di Jepang, anak-anak tidak dibebani pelajaran kognitif, melainkan berlatih keterampilan hidup seperti latihan buang air besar sendiri, gosok gigi, makan, dan sebagainya.

Fokus Menumbuhkan Kemandirian

Salah satu bentuk kemandirian dan tanggung jawab di Jepang, siswa-siswa membersihkan sendiri kelas dan sekolahnya. Jadi, banyak institusi pendidikan di Jepang tidak memiliki petugas kebersihan. 

Ruang-ruang kelas, lorong, halaman, hingga toilet sekolah dibersihkan oleh para siswa. Masing-masing kelas memiliki jadwalnya sendiri secara bergantian. Melalui aktivitas ini, siswa tidak hanya dilatih menjadi mandiri, melainkan juga saling gotong-royong, sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan karena mereka sendirilah yang akan membersihkannya.

 

Mengajarkan Kesetaraan

Selain kemandirian dan kerja sama, sistem pendidikan Jepang juga mengajarkan kesetaraan antara satu murid dengan murid lainnya. Demikian juga kesetaraan antara guru dan murid.

Sebagai misal, siswa-siswa SD dan SMP di Jepang tidak dibolehkan membawa bekal atau membeli makan siang sendiri. Sebagai gantinya, siswa maupun guru disediakan makan siang oleh pihak sekolah.

Menu makan siangnya seragam dengan sedikit variasi. Siswa dan guru makan bersama dengan makanan yang sama di satu tempat. Tidak akan makanan yang lebih mewah dari makanan yang lain, serta guru pun tidak berada di ruangan yang berbeda.

Kesetaraan juga diajarkan melalui kewajiban mengenakan seragam, sebagaimana sekolah di Indonesia. Seragam yang sama menumbuhkan perasaan setara, memupus perbedaan kelas ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.

 

Penekanan pada Seni, Sastra, dan Budaya Lokal

Sistem pendidikan Jepang menekankan pada seni estetika, mulai dari musik, menggambar, kaligrafi, sastra, puisi, dan lain sebagainya. Pendidikan seni ini memperoleh porsi besar di kelas 1 dan 2.

Kaligrafi Jepang atau Shodo menggunakan kuas bambu yang dicelupkan ke tinta dan ditulis di kertas nasi. Untuk sastranya. yang populer adalah puisi haiku.

Penghargaan budaya tradisional juga amat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pelajaran bahasa Jepang yang memperoleh porsi besar di kelas. Akibatnya, pelajaran bahasa Inggris kurang diminati di Jepang.

Disiplin ala Jepang

Pada sistem pendidikan Jepang, tidak ada ujian kenaikan kelas ataupun ujian nasionalnya. Indikator seseorang dapat naik kelas adalah menyelesaikan semua pembelajaran dan tanggung jawab di kelas sebelumnya.

Karena itulah, disiplin siswa-siswi di Jepang tergolong tinggi sekali. Tingkat kehadirian siswa mencapai 99 persen. Sementara itu, tingkat atensi dan konsentrasi siswa di kelas, serta memperhatikan gurunya mencapai 91 persen, menurut penelitian statistik di Jepang.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.